Banyak yang menanyakan ke saya bagaimana cara dan tips mendapatkan supervisor untuk studi S3 saat ini, nah...postingan kali ini saya persembahkan untuk teman2 di luar sana yang sedang dalam usaha nya melanjutkan studi dengan harapan semoga diberikan kemudahan dan kelancaran. Aamiin.
Pengalaman mencari dan mendapatkan supervisor/pembimbing studi PhD/S3 |
Secara umum, perjalanan saya mencari supervisor tidak sepanjang perjalanan saya mencari beasiswa😅. Saya mendapatkan supervisor (dan Letter of Acceptance/LoA) pada akhir tahun 2016, tetapi (baru) mendapatkan beasiswa di 2018. Pada postingan ini kita fokus pada proses mencari dan mendapatkan supervisor berdasarkan pengalaman saya meneruskan studi di Sydney, Australia. Jadi hendaknya pengalaman ini (hanya) teman2 jadikan gambaran saja dan sesuaikan dengan keadaaan teman2 ya...
Yang pertama harus teman2 siapkan sebelum mencari supervisor adalah: CV akademik terupdate. Tidak hanya memuat riwayat hidup, pendidikan, judul skripsi atau thesis, tapi juga memuat project riset, publikasi, atau apa pun yang terkait dengan minat teman2 dalam meneruskan studi. Sertakan juga link dari publikasi atau project yang teman2 sertakan dalam CV untuk memudahkan (calon) pembimbing dalam melihat karya teman2 secara online.
Hal kedua adalah list universitas yang dituju. Misalnya, teman2 ingin melanjutkan studi ke Australia, maka (sebaiknya) siapkan daftar nama-nama universitas yang hendak dituju. Pengalaman saya dulu, karena belum spesifik hendak ke kota mana di Australia, maka list "utama" tujuan saya adalah universitas yang termasuk dalam Group of 8.
Dari list tersebut, browsing adalah hal ketiga yang teman2 lakukan untuk mencari informasi program yang dituju. Informasi yang harus diketahui termasuk cara mendaftar, cara menghubungi supervisor, dan lain-lain terkait program pilihan. Pada saat browsing ini, ada 2 bagian yang harus dicari tahu:
a) Program nya, dan
b) Profile calon supervisor nya.
Untuk point (a): Ada universitas yang mengharuskan teman2 menghubungi (calon) supervisor terlebih dahulu dan harus disetujui sebagai syarat kelengkapan aplikasi, tetapi ada juga universitas yang akan menghubungi (calon) supervisor dengan referensi nama (potential) spv yang teman2 tulis di aplikasi. Jadi saran saya, baca baik2 informasi yang ada pada website universitas (program yang dituju) untuk menghemat waktu teman2.
Sedangkan untuk point (b): yang utama adalah benar-benar lihat apakah riset kita cocok atau ada kaitannya dengan calon supervisor. Idealnya, apabila terdapat kecocokan pada minat riset yang sama, dua belah pihak (kita dan spv) tidak membutuhkan lebih banyak waktu untuk beradaptasi. Alias sudah tahu sama tahu apa yang hendak dikerjakan. Pertimbangan lainnya, silakan teman2 sesuaikan sendiri dalam memilih.
Sedangkan untuk point (b): yang utama adalah benar-benar lihat apakah riset kita cocok atau ada kaitannya dengan calon supervisor. Idealnya, apabila terdapat kecocokan pada minat riset yang sama, dua belah pihak (kita dan spv) tidak membutuhkan lebih banyak waktu untuk beradaptasi. Alias sudah tahu sama tahu apa yang hendak dikerjakan. Pertimbangan lainnya, silakan teman2 sesuaikan sendiri dalam memilih.
Pengalaman saya dulu, semua informasi yang saya dapatkan (baik point a maupun b) saya catat di 1 buku khusus sehingga tidak tercecer dan memudahkan teman2 ketika menerima email dari universitas atau (calon) spv.
Jika teman2 diharuskan untuk menghubungi supervisor terlebih dahulu (seperti dijelaskan pada point a), maka hal keempat yang harus dilakukan adalah mengirim email ke calon supervisor. Contoh menulis email ke calon spv sudah banyak bertebaran di Google, tapi menurut saya, email tersebut sebaiknya padat dan jelas. Tidak usah bertele2, karena orang yang kita tuju (baca: supervisor) adalah orang yang super super sibuk, sehingga perkenalan diri secara singkat, tujuan kita, alasan kita melamar, dan CV sebagai lampiran adalah hal utama yang harus ada di email.
Oh ya, pengalaman saya dulu hanya menghubungi satu orang calon supervisor di 1 program. Saya hanya berpikir tidak etis saja jika menghubungi misalnya, Prof A dan Prof B, di 1 program yang sama. Kalau sudah ada jawaban tidak bisa dari beliau, baru cari lagi calon spv lain di program tersebut. Jadi ketika saya mengirim email kepada calon spv, saya sudah benar2 yakin bahwa memang beliau yang terbaik.
Selain itu, hati2 dalam mengirim email yaa...karena sering kita sudah punya 'template' dalam mengirim email, kita langsung click tombol 'kirim' tanpa cek ulang lagi. Duuh...jangan sampai kejadian kita mengirim email dengan nama, jabatan, atau universitas tujuan yang keliru. Dicek lagi emailnya sebelum di kirim ya!
https://www.pexels.com/photo/fashion-hand-hurry-outfit-4956/ |
Hal kelima yang dilakukan adalah menunggu! Menunggu balasan dari email atau aplikasi yang dikirimkan. Ini bagian yang bagi kebanyakan orang gak enak karena kita butuh kepastian (#eeaa...hehehe). Jika (biasanya) balasan dari aplikasi studi akan lebih jelas jangka waktu nya, tetapi tidak dengan balasan email dari calon spv! hehehehe.. kalau beruntung, email teman2 akan dibalas cepat, tapi jika belum beruntung...ya dibalas (tapi lama) atau tidak dibalas dengan berbagai alasan, misalnya jumlah mahasiswa yang dibimbing, cuti tahunan, atau alasan lain.
Spv saya pernah bercerita bahwa dalam sehari dia bisa menerima puluhan email dari calon mahasiswa PhD dari seluruh dunia! luar biasa ya... Jadi, kalau email teman2 dibalas, maka setidaknya teman2 sudah 'menarik perhatian' calon spv untuk bekerja sama lebih lanjut pada riset yang hendak dilakukan.
Pengalaman saya dulu, ada calon spv yang membalas email saya dalam waktu 4 hari setelah saya mengirim email, ada yang 1 bulan, ada yang di 'forward' ke temannya, bahkan ada yang sama sekali tidak dibalas..😓, tapi jangan patah semangat. Insha Allah selalu ada kemudahan kalo kita berusaha, jadi jalan terus!
Biasanya, setelah ada komunikasi dengan calon spv, kita akan di minta interview dengan beliau melalui skype atau aplikasi lain. Pengalaman saya dulu, saya di interview 2-3 kali sebelum mengirimkan aplikasi resmi ke program/universitas. Dan pertanyaan yang diajukan saat interview ya seputar pendidikan terdahulu, riset yang pernah dan akan dilakukan, alasan ingin melanjutkan studi, dan lain2 yang dianggap perlu. Interview nya menurut saya lebih ke serius tapi santai..jangan lupa siapkan paket internet yang memadai ya teman2...biar wawancara nya tidak terputus di tengah jalan.
Kalau teman2 mendapatkan persetujuan dari 2 atau lebih calon supervisor di universitas berbeda, maka saran saya pilih sesuai dengan kondisi dan faktor pertimbangan lain yang teman2 yakini mudah..jangan lupa kirim email terima kasih atas kesempatan yang diberikan, tetapi memilih ke kesempatan lain. Umumnya, mereka akan mengerti dan sangat support dengan apapun pilihan kita.
Demikian, mudah2an postingan ini dapat membantu teman2 yang sedang dalam proses pencarian supervisor atau pembimbing studi. Jika teman2 ada pertanyaan, silakan comment dibawah yaaa...Insha Allah segera saya jawab. Sampai ketemu di postingan berikutnya!
Salam,
Share This :
comment 10 komentar
more_verthallo mba. maaf mau tanya ketika menghubungi spv, apakah sudah menyiapkan proposal riset? trims :)
Kamis, Juni 25, 2020Halo juga mbak Yolanda,
Kamis, Juni 25, 2020Ketika menghubungi calon spv, draft proposal sudah ada, tapi memang saya hanya menjelaskan ide besar nya dan melihat (dulu) apa tanggapan calon spv. Proposal baru saya kirimkan ketika calon spv tersebut sudah memberikan respon positif untuk membimbing kita. Demikian mbak, mudah2an membantu.
Halo, Bu.. semoga sehat selalu.. mau tanya, apakah untuk bisa keterima AAS harus sudah memiliki spv dulu?
Rabu, Maret 17, 2021Halo juga,
Kamis, Maret 18, 2021Jawabannya adalah tidak harus. Beberapa awardee ada juga yang belum memiliki supervisor dan akan dibantu untuk menghubungi pihak kampus yang menjadi pilihan awardee. Tapi saran saya, sebaiknya pelamar PhD sudah (setidaknya) memiliki komunikasi awal dengan potensial spv. Hal tersebut dapat menjadi nilai plus karena dapat menjadi 'penanda' bahwa pelamar tersebut sudah siap untuk menjalankan studinya di Australia. Demikian, mudah2an dapat membantu.
Hi bu Amel.. Salam kenal, namaku Andha. Izin bertanya, utk draft proposal yg sdh kita buat baiknya memiliki konten apa saja ya? Dari intro sampai research design? Atau bagaimana?
Kamis, April 01, 2021Terima kasih..
Halo Andha, salam kenal juga!
Kamis, April 01, 2021Sebenarnya saya sudah sharing tentang menulis proposal penelitian, ini linknya: https://www.ameliaimron.com/2020/11/proposal-riset-untuk-mencari-supervisor.html
Tapi secara garis besar, proposal penelitian yang saya buat terdiri dari 5 bagian utama: Introduction, Lit Review, Methods, Research timeline, dan Reference. Untuk penjelasan masing2 bagian, Andha silakan lihat ke link yang aku berikan di atas ya..
Demikian, mudah2an membantu!
Assalamu'alaikum, Mbak,
Rabu, April 19, 2023Terima kasih sudah berbagi pengalaman ya. Kalau boleh tahu, siapa supervisor waktu S3 di UNSW?
Waalaikumussalam Aprilina,
Rabu, April 26, 2023Terima kasih sudah mampir di blog saya..jawabannya sudah saya berikan via email ya..mudah2an dapat membantu.
Halo mbak, terima kasih untuk tulisannya. Saya mau tanya mbak, apabila di transkrip saat magister semua nilai mendapat A tapi nilai tesis nya B, apakah itu mempengaruhi penilaian spv dan kampus nya? Terima kasih
Senin, Agustus 07, 2023Halo Nisa,
Senin, Agustus 07, 2023Sepengalaman saya, yang lebih dilihat adalah relevansi rencana penelitian dengan bidang riset calon spv. Jadi jangan kuatir ya..apalagi dengan nilai Nisa yang semua A (kecuali tesis), itu udah bagus bangeett! Semoga dimudahkan pencarian calon spv nya!